Rawat Pertemanan

Rawat Pertemanan


Hari ini sebenarnya banyak sekali peristiwa yang saya alami, tapi ada satu peritiwa yang membuat saya memutuskan untuk menulisnya di sini.

Kira-kira 3 atau 4 hari yang lalu, tiba-tiba ada rasa perih di leher belakang. Awalnya, saya menggendong Faza (anakku yang pertama). Saat Faza mengalungkan tangannya di leher, seketika saya teriak. Sakit. Perih banget. Saya mengira rasa sakit itu karena kuku jarinya Faza. Tapi setelah saya cerita ke istri, semuanya jelas, bukan karena kukunya Faza. 

Tepat di bagian yang sakit itu, ada bulatan kecil. Tidak bengkak. Warnanya agak beda dengan warna kulit di sampingnya. Kalau bulatan kecil itu tersentuh, periih sekali. Lama kelamaann bulatannya makin lebar. Bahkan saya mulai merasakan sakit saat menggerakkan kepala, padahal hanya menoleh. Pakai bajupun sengaja dua kancing teratas saya buka, agar kerahnya bisa dimundurkan. Takut terkena bulatan misterius itu.

Malam ini sehabis sholat Isya', saya pergi ke dokter untuk priksa. Takut kalau semakin melebar dan menular ke anak-anak dan istri. Sampai di tempat dokter, pintu gerbangnya tertutup rapat. Tidak ada satu kendaraan pun yang terparkir di depan gerbang. Libur. Tutup. Karena tidak ada pilihan dokter lain, saya putuskan untuk pulang. Saat di jalan, saya teringat seorang teman yang sekarang sudah jadi dokter. Namanya dr. Arfin. Dia teman sekolah saya saat kami belajar di pondok pesantren. Singkat cerita saya cerita ke dia lewat WA tentang kulit saya di leher. Saya tidak lupa mengirim foto. Bukan foto selfie, tapi foto bagian leher tadi.

Tidak butuh waktu lama, resep obat sudah dia kirim ke saya. Tentu sebelumnya dia sedikit bertanya tentang masalah saya ini. Setelah  itu saya langsung pergi ke apotek. Di sana saya mendapatkan dua jenis obat, oles dan oral. Sesampainya di rumah, obat oral saya minum, obat oles saya oleskan. Tenang, saya tidak menukarnya. Semoga sakitku ini bisa cepat sembuh. Aamiiin...

Dari peristiwa ini, setidaknya saya bisa mengambil hikmah:
  1. Penyakit itu pasti ada sebabnya, walau tidak semua diketahui.
  2. Jika kita menemui kondisi di mana seolah tidak akan ada solusi, kita harus ingat Allah pasti menolong. Pasti ada jalan keluar.
  3. Teman adalah salah satu investasi terbaik. Kalau pakai bahasa ekonomi, mungkin menguntungkan tetapnya. Terus berbuat baik semaksimal mungkin, agar mempunyai teman yang banyak.
  4. Saya yakin sekali, tidak ada balasan untuk suatu kebaikan selain kebaikan itu sendiri.
Kira-kira masih ada hikmah lain tidak ya dari pengalaman saya di atas?
Kalau ada, bisa bantu saya dengan menulis di kolom komentar yang sudah tersedia di bawah.

Terima kasih untuk temanku, dr. Afin. Sehat dan bahagia dunia akhirat untukmu kawan.

Magelang, 19 Oktober 2018



2 Komentar untuk "Rawat Pertemanan"

  1. Mungkin hikmah lain dari peristiwa itu adalah kesehatan itu perlu diperjuangkan. Bahkan apapun yang menjadi keinginan kita, semua butuh perjuangkan. Semoga hidup kita jadi lebih bersyukur. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Semoga hidup kita makin bermanfaat. Sekali lagi terima kasih udah mampir... ^_^

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel