Cara Mengusir Kesedihan



Faza, anak kami yang pertama, adalah anak yang cepat mengingat. Ada nyanyian yang baru dia dengar, pasti ada satu lirik lagu yang sudah hafal. Begitu juga dengan menghafal doa dan surat-surat pendek. Bahkan, surat an Naba' yang lumayan agak panjang, dia sudah hafal di usia 3 atau 4 tahun hanya dengan metode sering dengar dari HP saya atau istri saya.

Sekarang Faza sudah sekolah. Sudah hampir satu semester Faza sekolah di TK. Ada cukup banyak teman Faza di kelas. Awal-awal dia sekolah, saya dan istri masih menemani adiknya di rumah sakit. Saat adiknya sudah pulang dari rumah sakit, saya dan bunda banyak bertanya tentang sekolahnya. Kami bertanya tentang nama gurunya, nyanyi apa saja dan tentu tentang nama teman-temannya.

Ada yang unik dari Faza saat bercerita tentang temannya. Awal-awak dia sekolah, ada dua nama temannya yang selalu disebut, mbak Faza dan mas Adit. Iya, mbak Faza. Ternyata teman sekelasnya ada yang namanya sama, Faza. Alhamdulillah sejak dulu di TK memang selalu menambahkan panggilan mas untuk murid laki-laki dan mbak untuk murid perempuan. Jadi di dalam kelas ada mas Faza dan mbak Faza. Mungkin itu yang membuat anak saya, Faza selalu bercerita tentang mbak Faza. Kalau mas Adit, mungkin Faza teringat mas Adit, salah satu santri saya di pondok Daarul Khoir Gunungkidul. 

Dari situ kami menyimpulkan bahwa Faza tertarik untuk bercerita tentang mbak Faza dan mas Adit mungkin karena memang di dalam ingatannya sudah ada nama Faza dan Adit. Setiap pulang sekolah, saya dan istri selalu menyempatkan untuk bertanya bagaimana tadi di sekolah. Tidak jarang juga Faza cerita duluan. Kadang Faza bisa menyebutkan nama temannya yang lain, selain Faza dan Adit. Kadang juga, dia cerita tentang temannya tapi dia lupa namanya siapa, bahkan kadang dia sampai marah dan nangis saat tidak bisa mengingat namanya. Bagi kami lucu, tapi baginya ini hal yang menyebalkan.

Setiap hari nama teman-temannya mulai banyak. Saya dan istri juga pernah meminta Faza menyebutkan nama teman-temannya di kelas. Ada mbak Faza, mas Adit, mas Iqbal, mbak Adela, mbak Aliya dan mas Diki. Ada satu lagi nama temannya yang akhir-akhir ini sering saya sebut untuk menasehati Faza saat menolak saya ajak sholat, mbak Mala namanya. Nanti akan saya ceritakan tentang mbak Mala pada tulisan saya selanjutnya.

Pagi ini, seperti biasa, Faza minum obat setelah bangun tidur. Setelah itu saya suapi dan mandikan. Untuk persiapan ke sekolah, Faza lebih banyak dengan saya. Karena istri sibuk dengan anak kami yang kedua. Tetapi kalau anak kami yang kedua masih tidur, tidak jarang juga Faza minta disuapi dan dimandikan oleh bundanya. Setelah semuanya siap, Faza segera memakai sepatunya sendiri di depan pintu rumah. Masih berusaha memakai sepatu, Faza meminta untuk berangkat ke sekolah sendiri, tidak mau diantar. Saya mengiyakan. Lagi pula sekolahnya hanya di depan rumah. Sekolah dan rumah dalam satu komplek yang hanya terpisah oleh halaman seluas lapangan bulu tangkis. Memberi kepercayaan kepadanya membuktikan keberanian menurutku penting untuk Faza.

Saat kami berpamitan, Faza melihat ada temannya yang baru sampai di sekolah. Faza menyebut nama. Mas Nanda. Nama yang sebelumnya belum pernah disebutkan. Ternyata masih ada nama temannya yang baru kami tahu. Mungkin Faza susah mengingatnya, tetapi saat orangnya ada, terlihat, dia kembali ingat. Begitulah memori, tersimpan tapi terkadang perlu "dipanggil" untuk mengingatnya.

Banyak memori indah kita yang tersimpan dan sudah lama terdiam tanpa kita sadari. Mungkin memori-memori indah itu bisa  membuat hidup kita  makin indah. Atau mungkin yang sekarang ini baru terpuruk dengan segala masalah yang ada, bisa kembali "memanggil" kembali memori indah yang sudah tersimpan. Semoga hidup kita selalu indah dan penuh manfaat dengan potensi yang "sebenarnya" sudah ada pada diri kita.

Belum ada Komentar untuk "Cara Mengusir Kesedihan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel