Mendung Dan Rasa Takut



Kemarin siang saya pulang ke Nglipar, Gunungkidul untuk tugas sekolah yang tidak bisa diwakilkan. Inilah pertama kalinya setelah beberapa bulan saya tidak berani meninggalkan istri saya sendiri mengurus Fazia. Setelah sekitar lima bulan kami mengurus Fazia dengan kantong yang masih terpasang di perut, sedikit banyak kami mendapatkan pengalaman, termasuk lamanya kantong bisa bertahan tidak rembes. Dari kantong (colostomy bag) yang saya beli di toko alat kesehatan dengan harga paling murah, Rp 30.000-Rp 35.000, bisa bertahan paling lama 3 hari saja.
Jangan ditanya paling cepatnya, setengah hari saja kami pernah mengganti sampai dua kali. Berbeda dengan kantong yang kami dapatkan dari Sardjito, yang harganya kisaran Rp 100.000 lebih, bisa bertahan paling lama 1 minggu. Kalau paling cepatnya dua tiga harian. Sebenarnya semua itu tergantung dari gerakan Fazia. Semakin banyak gerak, semakin besar juga peluang rembesnya kantong.

Saat ini, saya masih jauh dari Fazia dan istri. Khawatir sewaktu-waktu kantongnya rembes. Rasanya seperti menunggu jawaban dari orang tua wanita yang kita lamar. Kenapa bisa ke lamaran? Maaf khilaf. 😂 Ini motivasi lho ya. Penantian yang penuh harap, masih menjadi misteri dan ketidakpastian. Khawatir kalau-kalau dapat telfon dan jawabannya, "Maaf lamaran Nak Fulan belum bisa kami terima karena berbagai alasan. Semoga Nak Fulan bisa mendapatkan jodoh yang lebih baik lagi." Sama. Saya juga khawatir saat sedang jauh dari Fazia seperti sekarang ini, kemudian  ditelfon istri, "Ayah, kantongya adek rembes. Kapan pulang?" Kalau di sinetron-sinetron, mungkin langit tiba-tiba mendung, halilintar menyambaar-nyambaar, hujan deras disertai angin kencang akan bisa menggambarkan bagaimana mencekamnya perasaan. 😁

Berbicara tentang mendung, saya jadi teringat sebuah hadits. Dikisahkan bagaimana Rasulullaah SAW ketika melihat mendung, beliau keluar masuk rumah. Nampak sekali kekhawatiran di wajah beliau. Sampai-sampai istri beliau, Aisyah r.a bertanya, "Wahai Rasulallaah SAW, mengapa engkau begitu takut melihat mendung? Ya Rasulallaah SAW, orang-orang itu kalau melihat mendung senang, karena mereka berharap turun hujan. Tapi kenapa Engkau malah takut?" Rasulullaah SAW menjawab, "Wahai Aisyah, Apakah setiap mendung itu menurunkan hujan? Apakah kamu lupa bagaimana kejadian kaum 'Ad, kaumnya nabi Hud AS? Saat Allah SWT kirimkan mendung ternyata di dalamnya adalah adzab yang pedih, sampai-sampai meluluhlantakkan dan menghilangkan mereka hingga tidak terlihat sisanya."

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling jauh dari adzab, siksaan. Beliau sudah Allah SWT jamin keamanannya dari adzab. Tetapi Beliau merasa ketakutan saat melihat mendung. Bagaimana dengan kita? Kita yang tidak dijamin oleh siapapun akan selamat dari adzab harusnya lebih takut akan hal itu. Bagi Allah SWT menurunkan adzabNya sangat mudah. Lewat perantara apapun bisa karena Dialah Yang Maha Kuasa. 

Yuk, mulai hari ini kita lebih takut lagi dengan adzab Allah SWT yang sewaktu-waktu bisa Allah SWT turunkan. Tetapi tidak cukup dengan merasa takut saja. Perlu usaha, ikhtiar, untuk menjauh dari adzab Allah SWT. Untuk jaga-jaga, terus tambah bekal untuk "bertemu" denganNya. Jadi saat "panggilan" itu datang, bekal kita sudah siap. Itulah salah satu hikmah rahasia kematian, agar kita selalu bersiap, bukan malah lalai dan lupa. Bekal terbaik bukan harta atau makanan enak ya. Tetapi bekal terbaik adalah ketakwaan kita kepada Allah SWT. Mudahnya, selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. 😍

Belum ada Komentar untuk "Mendung Dan Rasa Takut"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel