Sepeda Dan Hadiah Kepercayaan
08 Desember 2018
Tulis Komentar
Pagi ini saya dan Faza, anak pertama kami bersepeda. Awalnya saya berencana mengajak jalan-jalan istri dan kedua anak saya. Tetapi cuaca kurang bersahabat. Mendung tipis menutup sinar matahari pagi. Rintik hujan mulai turun. Lembut seperti embun.
Bedanya sedikit lebih cepat tertarik gravitasi bumi. Khawatir Fazia, anak kedua kami yang baru berusia 5 bulan kehujanan, saya menunda untuk tidak jadi jalan-jalan pagi ini. Saat rintik hujan mulai berkurang, Faza mempunyai ide untuk bersepeda. Jadilah kami bersepeda. Sedangkan Fazia kembali tidur berselimut kain jarik gendongan. Jadilah saya dan Faza bersepeda, istri saya jadi juru foto.
Kami bersepeda di jalan raya tepat di depan rumah. Sebenarnya ada lapangan sekolah di seberang jalan yang cukup luas untuk bersepeda. Tetapi saya lebih memilih untuk mengajak Faza bersepeda di jalan raya. Kenapa? Bukannya itu berbahaya? Pertama, jalan raya pagi itu masih sangat sepi. Maklum, hanya jalan raya kecil. Kedua, ini kesempatan saya untuk memberinya pengalaman pertamanya berkendara di jalan raya yang sebenarnya.
Kami mulai dari depan rumah. Sebelum masuk ke jalan raya, saya meminta Faza untuk menghentikan sepedanya di pinggir jalan. Tengok kanan lalu kiri lalu kanan lagi. Begitu aman, tidak ada kendaraan lain yang lewat, kami mulai mengayuh sepeda kami. Faza dengan sepeda kecil warna biru. Saya dengan sepeda warna hitam. Alhamdulillah Faza sudah bisa naik sepeda roda dua kira-kira setahun yang lalu.
Setelah pengalaman memulai bersepeda dengan menyeberangi jalan, kemudian pengalaman selanjutnya berlanjut. Kali ini saya memintanya untuk berkendara di pinggir jalan sisi sebelah kiri. Pertanyaan simpel keluar dari mulut kecilnya. "Kenapa harus di kiri?" Pertanyaan yang bagus. Faza memang sedikit kritis dan ingin tahunya tinggi. "Jalannya di kiri biar tidak kecela aan (kecelakaan)." Saya menjawab dengan gaya bicara Faza saat kecil. "Semua orang kalau naik sepeda, motor, mobil bis dan truk jalannya di sebelah kiri semua. Kalau ada yang lain jalan di kiri, kakak jalan di kanan, nanti kecelakaan. Sepedanya kakak rusak." Saya mencoba menjelaskan. Faza merespon hanya dengan satu huruf. Satu huruf dibaca panjang. "Ooo.." Begitu jawabnya.
Selanjutnya gowes kami pagi ini berjalan begitu asyik dengan banyak pertanyaa-pertanyaan lucu dari Faza. Sesekali saya bergantian dengan istri. Saya juru foto, istri yang bersepeda dengan Faza. Fazia masih tidur di kamar. Sedang mendung masih menutupi matahari.
Salah satu pemberian terbaik orang tua kepada anaknya adalah kepercayaan. Memberikan kesempatan pada anak untuk membuktikan kemampuannya. Orang tua hanya mengawasi dan memberinya kepercayaan. Hal mudah ini tidak jarang diabaikan oleh orang tua. Khawatir terjadi apa-apa atau takut terjadi sesuatu kepada anaknya menjadi penghalang kuat. Semoga anak-anak kita menjadi anak yang tangguh dan sholeh sholihah. Aamiiin...
Belum ada Komentar untuk "Sepeda Dan Hadiah Kepercayaan"
Posting Komentar