Pintar Di Atas Pintar



Sore tadi langit masih mendung. Hampir tidak terlihat birunya langit. Semua tertutup mendung. Bagiku udara masih terasa dingin. Hidungku otomatis berair. Kepala sebelah kiri masih sakit. Perpaduan yang begitu "sempurna". Tapi semua itu sirna setelah menikmati mie rebus panas dan pedas.

Tidak lama setelah menghabiskan semangkuk mie, ibu mertua dan adik ipar datang dari acara pengajian jamaah haji. Saat meraka masuk ke rumah, Faza heboh. Dari dalam kamar saya mulai menebak apa yang terjadi. Kehebohan mulai bertambah saat Faza tahu kalau ada sandal baru yang dibelikan Utinya. Ternyata setelah pengajian itu mereka belanja. Ada beberapa barang yang mereka beli. Rasa penasaran membawaku keluar kamar, memastikan apa saja yang dibeli. Ada sandal baru untuk Faza, jilbab untuk Fazia dan Hilya (cucu yang di Jakarta) dan sepatu baru untuk adik iparku. Selebihnya saya tidak tahu.


Tahu kalau anaknya dibelikan sandal baru, istriku spotan berterima kasih. Faza pun ikut mengucapkan terima kasih. Karena rasa penasarannya, istriku juga bertanya tentang harganya, "Ini pasti mahal. Berapa harganya Nad." Istriku bertanya kepada adiknya, Nadia. Dia menjawab, "Ada deh." Istriku tidak tinggal diam. Dia mencoba melihat label yang masih menggantung di sandal. "Nggak ada, pinterlah kita." Nadia mengomentari mbaknya yang berusaha mencari harga di label. Benar memang. Stiker harga pada label sudah disobek. Tidak ada lagi nominal harga. Mereka tertawa. Suara mereka begitu jelas terdengar di balik pintu kamar.

Saat Faza mencoba sandal barunya, kehebohan muncul kembali. Ternyata kakinya Faza sedikit lebih panjang dari sandalnya. Sempat terjadi sedikit perbedaan pendapat terkait besar kecilnya sandal. Tapi akhirnya sepakat sandalnya akan ditukar dengan ukuran yang lebih besar. "Akhirnya ketahuan juga nanti harganya." bisik istri ke saya saat di kamar.

Saya jadi teringat akan pepatah. Di atas langit ada langit. Masih ada orang pintar lain selain orang pintar. Bahkan dalam al Quran di sebutkan, "Dan di atas semua orang berilmu ada Yang Maha Mengetahui." (12:76).

Dalam kejadian ini, sepintar apapun cara adik ipar dan ibu mertua saya menutupi harga sandal barunya Faza, orang yang "beruntung" akan tetap mengetahuinya. Begitulah cara Allah SWT Yang Maha Mengetahui memberi tahu kami berapa harga sandal itu. Sore setelah sholat Asar, kami kembali ke toko sepatu di mana tadi sandal itu dibeli. Begitu sampai dan menemukan sandal yang sama dengan sandal barunya Faza, saya dan istri langsung melihat bandrol harganya. Mudah saja bagi Yang Maha Mengetahui untuk memberi tahu apa saja kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Dari kejadian ini pula, saya tersadar bahwa pengetahuan kita terhadap sesuatu tidak akan bisa terjadi (tidak akan kita ketahui) tanpa diberi tahu oleh Yang Maha Mengetahui. Tidak akan mungkin kita mengetahui sesuatu, bahkan sesuatu yang nampak mata sekalipun tanpa izin Yang Maha Mengetahui, Allah SWT. Jadi tidak pantas rasanya ada orang yang merasa paling pintar dan membanggakan diri karena kepintaran kita.

Wallaahu a'lam...

Belum ada Komentar untuk "Pintar Di Atas Pintar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel