Ke Mana Tujuan Kita?
20 Desember 2018
Tulis Komentar
Siang kemarin cuaca sedikit mendung. Udara masih dingin. Faza juga masih batuk. Padahal ini sudah masuk bulan ke 6 Faza minum obat pencegah TB. Sebenarnya kemarin-kemarin sudah tidak batuk lagi, tetapi 3 hari ini Faza mulai batuk lagi. Semoga hanya batuk biasa karena memang cuaca yang kembali dingin di Secang, Magelang.
Sore kemarin kami berencana ikut menjemput ibu di kantornya. Tetapi kami berangkat lebih awal dari jam kepulangan ibu. Rencananya kami mau jalan-jalan dulu mumpung ada sopir pribadi, adik ipar yang cowok baru pulang dari pondok pesantren di Sleman. Sampai sekarang saya belum percaya diri untuk menyetir mobil sendiri walau dulu pernah ikut kursus menyetir. Tapi tidak mengapa, suatu saat nanti pasti bisa. Saya begitu yakin.
Di dalam mobil, saya, istri dan Fazia duduk di tengah. Sementara Faza duduk di depan, tepat di samping Zaki, adik ipar saya sekaligus sopir pribadi kami. Faza selalu ingin duduk di depan sendiri. Sebenarnya Faza lebih sering berdiri dari pada duduk. Tidak jarang juga Faza diingatkan untuk duduk karena keselamatan dan badannya yang belum gemuk itu menutupi kaca spion. Tapi yang namanya anak, imajinasinya membuat hal itu terus terulang. Duduk. Berdiri. Duduk lagi. Berdiri lagi.
Sepanjang perjalanan kami asyik mengobrol. Sampai-sampai kami belum punya tujuan sebelum menjemput ibu. "Kita mau kemana dulu?", saya memotong obrolan kami. Semuanya diam. Tertawa. Semuanya bahkan belum punya tujuan hendak kemana dulu. Semuanya mempunyai jawaban yang sama, manut. Pernah tidak ketika sedang bersama teman-teman atau keluarga kemudian ada pertanyaan yang jawabannya hampir semua sama, manut? Pasti pernah kan.
Cukup lama kami berpikir menentukan tujuan pertama sebelum ke kantor ibu. Ada beberapa usulan. Akhirnya saat kami melintas di sebuah pusat perbelanjaan, kami memutuskan untuk ke tempat itu saja. Begitu turun dan masuk ke dalam, lagi-lagi ada pertanyaan simpel tapi susah untuk dijawab. "Ke sini mau ngapain?". Semua kembali tertawa. Menertawakan bagaimana ketidakjelasan tujuan kami.
Perjalanan hidup kita yang juga terbatas waktu ini, akan mengalami hal yang sama saat tujuan kita belum jelas, atau bahkan tidak jelas sama sekali. Hidup asal hidup. Lapar ya makan. Mengantuk ya tidur. Haus ya minum. Begitu terus sampai maut menjemput. Tidak berarti dan tidak menghasilkan apa-apa.
Mumpung belum terlambat. Sebelum malaikat Izrail datang memanggil. Tujuan hidup kita harus segera kita tentukan. Tujuan itulah yang nantinya akan menentukan bagaimana kita berjalan dalam kehidupan ini. Kalau tujuannya untuk hidup kaya, tentu kita harus berdagang. Kalau mau jadi pejabat, kita harus berpolitik, mumpung tahun politik. Kalau mau mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang lucu, tentu harus menikah, iya kan? 😍
Dari banyaknya tujuan kita, kita harus menentukan tujuan utamanya apa. Dengan begitu, tujuan utama akan tercapai, tujuan yang lain juga akan didapat. Tentu tujuan lain selain tujuan utama harus dalam satu jalur. Jangan sampai tujuan-tujuan lain kita membuat kita lupa dan lalai terhadap tujuan utama kita. Jangan sampai pekerjaan, harta benda dan keluarga membuat kita lupa tujuan utama, ridho Allah SWT (surga). Banyak kita jumpai, bahkan diri kita sendiri, kalau sudah asyik bekerja, tidak jarang kita melupakan atau menghiraukan panggilan sholat. Dengan dalih nanggung atau waktunya masih lama, membuat tujuan utama kita terlupa.
Semoga tujuan utama kita selalu kita utamakan dari pada tujuan-tujuan lain. Hingga nantinya kita bisa mencapai tujuan utama kita bersama. Kita dikumpulkan lagi di surgaNya yang penuh dengan kenikmatan yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya di dunia.
Kira-kira tujuan utama kita sama tidak ya? Kalau tujuan utama Anda apa? 😀
Belum ada Komentar untuk "Ke Mana Tujuan Kita?"
Posting Komentar