Panggung Sandiwara



Hidup itu memperjuangkan, bukan menghancurkan.

Ada saatnya kita dianggap tidak berdaya. Ada saatnya kita dianggap tidak akan bisa. Bukan karena kegagalan kita. Justru karena kita belum memulai. Bahkan saat kita masih bermimpi, merajut cita dan asa, akan ada yang mencoba menghancurkannya dengan berbagai komentar dan sikap. Saat kita mulai melangkah mewujudkan mimpi, akan semakin banyak hantaman, pukulan dan tendangan dari berbagai arah.

Hantaman, pukulan dan tendangan itu tidak semua menginginkan kita semakin kuat. Malah kebanyakan benar-benar menginginkan kita jatuh dan melupakan mimpi kita itu. Hidup ini memang kejam. Begitulah sebuah ungkapan yang pernah saya dengar untuk menggambarkan bagaimana kehidupan yang sesungguhnya.

Dunia ini panggung sandiwara. Begitu salah satu lirik sebuah lagu lama. Mungkin saat itu saya belum lahir ketika lagu itu mulai terdengar di radio-radio. Begitulah dunia. Kita sendiri yang menentukan peran apa yang akan kita ambil. Bahkan kita bisa berganti-ganti peran. Mungkin saat ini kita sedang berperan sebagai seorang yang protagonis, tapi tidak menutup kemungkinan peran antagonis pun akan kita perankan. Lagi-lagi ini soal pilihan.

Seorang pemimpi sedang memerankan peran protagonis. Sebaliknya, penghancur mimpi sedang memerankan peran antagonis. Tentu semua peran membawa konsekuensi masing-masing. Silakan ambil peran. Ingin menguatkan atau melemahkan. Memperjuangkan atau menghancurkan.

Belum ada Komentar untuk "Panggung Sandiwara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel