Dalam Tahiyyat, Kenapa Hanya Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS Saja?

Dalam Tahiyyat, Kenapa Hanya Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS Saja?


Pertanyaan:

Di bacaan tahiyyat dalam shalat, mengapa hanya dua nabi saja yang disebut, yakni nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS? Apakah kedua nabi ini mempunyai kekhususan atau keistimewaan? Mohon penjelasan. (M. Nurman, Jalan Sucipto Gg. 12/1 Situbondo)

Jawaban:

Membaca tahiyyat seperti dalam tuntunan nabi memang demikian, termasuk membaca shalawat dalam tahiyyat untuk dua nabi dan keluarganya, yakni nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS. Kita diperintahkan untuk melakukan shalat sesuai dengan apa yang dilakukan nabi Muhammad SAW. Tidak perlu kita permasalahkan mengapa hanya dua nabi yang disebut dan tidak lebih banyak dari itu. Tidak seyogyanya dipermasalahkan mengapa nabi Adam AS yang menurunkan manusia sejagat tidak disebut-sebut dalam shalat, dan sebagainya. Apalagi kalau hal itu dapat mempengaruhi keyakinan kita bahwa kenabian Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS lebih meyakinkan dari pada nabi yang lain. Jelas hal ini tidak dibolehkan, mengingat perintah untuk tidak membeda-bedakan para nabi yang satu dengan yang lain, seperti yang tersebut dalam ayat 136 surat al Baqarah dan ayat 84 surat Ali ‘Imron.

‏ ‏قالوا آمنا بالله وما أنزل إلينا وما أنزل إلى إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى وعيسى وما أوتي النبيون من ربهم لا نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون

Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allaah SWT dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh/ berserah diri kepadaNya

(QS. Al Baqarah ayat 136 dan Ali Imron ayat 84)


Kalau untuk sekedar memberikan kepuasan pikiran sehingga tidak menimbulkan keyakinan yang kurang mantap terhadap kenabian yang lain, barangkali tidaklah masalah hal itu ditanyakan, mengingat Allaah SWT dalam al Quran juga memberikan gelar pada seorang nabi berbeda dengan yang lain. Nabi Ibrahim dalam surat An Nisa ayat 125 mendapatkan gelar khalila

‏ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن و اتبع ملة إبراهيم حنيفا واتخذ الله إبراهيم خليلا

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah SWT, sedang dia mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah SWT mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya (khalil).

(QS. An Nisa : 125)


Demikian juga Allaah SWT memberikan kekhususan kepada nabi Muhammad SAW dengan diutusnya menjadi rahmat untuk semesta alam sebagaimana disebutkan dalam ayat 107 surat al Anbiya’.

‏وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad SAW), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

(QS. Al Anbiya : 107)


Sekali lagi jangan sampai pengkhususan seperti tersebut di atas menjadikan kurang keyakinan kita kepada kenabian para nabi yang lain selain dua nabi yang disebut dalam bacaan tahiyyat. Hal yang lain dapat diungkapkan, bahwa nama kedua nabi yakni nabi Muhammad SAW disebut-sebut dalam shalat ialah kesinambungannya jalur estafet ketauhidan Ibrahim AS pada keturunannya melalui jalur Ismail AS. Sebagaimana kita ketahui dari bacaan buku tarikh yang memberikan ungkapan, bahwa nabi Ibrahim melalui putranya Ishaq AS menurunkan nabi-nabi termasuk nabi Musa AS dan Isa AS. Sedang melalui putranya Ismail AS, menurunkan nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, yang membawa bendera tauhid, menjauhkan kemusyrikan dan mentransformasikan kembali penyerahan diri (keislaman) kepada Allaah SWT. Keterangan ini bukan sesuatu yang mutlak, yang tidak dapat dicari interpretasinya yang lain.

Kemungkinan disebutkannya dua nabi dalam shalat yang diwajibkan pada umat sekarang berdasarkan penegasan pada ketauhidan dan menjauhkan diri dari kemusyrikan ini dapat kita renungkan dari ayat-ayat di bawah ini.

Nabi Muhammad SAW pembawa risalah Islamiyah. Al Quran yang dibawa nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk bahwa agama yang dibawa adalah Islam, itulah yang diridhoi Allaah SWT (QS. Al Maidah ayat 3). Islam bukan saja untuk dan dianut umat sekarang melalui nabi Muhammad SAW, tetapi juga melalui nabi Ibrahim AS seperti disebutkan dalam ayat 128 dan 132 surat al Baqarah.

Nabi Muhammad SAW pembawa risalah tauhid. Ternyata tauhid itu telah ditetapkan oleh Allaah SWT untuk diikuti sejak dulu. Nabi Ibrahim adalah nabi yang menganut tauhid. Dalam ayat 79 dan ayat 161 sampai dengan ayat 163 surat al An’am, kita dapat mengetahui hal itu.

Kalau kita hubungkan ayat 79 surat al An’am yang merupakan pernyataan nabi Ibrahim, dengan ayat 162 dan 163, adalah perintah Allaah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang juga diperintahkan kepada kita untuk mengucapkannya. Maka paduan ayat ini merupakan sebagian bacaan shalat yang kita lakukan sehari-hari sebagai doa iftitah, di samping doa yang lain. Doa iftitah seakan-akan paduan doa yang diucapkan oleh nabi Ibrahim dan Muhammad SAW, dua tokoh tauhid dan muslim yang mempunyai jalur hubungnan perjuangan untuk menyerukannya kepada umat manusia. Barangkali ini sebagian rahasia mengapa nama nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS saja yang disebut pada tahiyyat, yang merupakan doa akhir dari shalat.

Dalam ibadah shalat ini, bahkan juga haji, nabi Ibrahim AS disebut sebagai peletak fondasi pertamanya. Kita lihat pada surat al Hajj ayat 26 dan selanjutnya, juga ayat 125 surat al Baqarah dan selanjutnya, bahwa Ka’bah Baitullah yang dibina nabi Ibrahim AS, menjadi pusat peribadatan haji dan menjadi kiblat bagi umat Muhammad SAW dalam ibadah shalat. Jelas bahwa ada sambungan erat peletak tauhid dengan penerus akhir zaman yakni nabi Muhammad SAW. Dalam ayat 129 surat al Baqarah dijelaskan bahwa nabi Ibrahim AS meminta diutusnya seorang nabi yang membaca ayat-ayat Allaah SWT. Maka kiranya nabi Muhammad SAW lah yang diutus oleh Allaah SWT, hal itu sebagai realisasi dari permohonan nabi Ibrahim AS. Coba kita perhatikan ayat tersebut yang merupakan sambungan doa nabi Ibrahim AS sebelumnya.

ربنا و ابعث فيهم رسولا يتلوا عليهم أياتك و يعلمهم الكتاب و الحكمة و يزكيهم إنك أنت العزيز الحكيم

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka al kitab (al Quran) dan hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana

(QS. Al Baqarah ayat 129)


Kini kita ketahui siapa seorang rasul yang diminta oleh nabi Ibrahim AS dan dikabulkan oleh Allaah SWT. Nabi Muhammad SAW lah rasul terakhir. Beliaulah yang diutus oleh Allaah SWT untuk membacakan ayat-ayat al Quran, dan beliaulah yang menjadikan ibadah shalat berkiblat ke baitulullah (atas perintah Allaah SWT). Kesemuanya ini kiranya merupakan jawaban terhadap disebutkannya dua tokoh dalam shalat. Dan jangan sampai menimbulkan keyakinan kita untuk membedakan kenabian kedua nabi tersebut dengan yang lainnya.


Wallaahu a’lam

 

Sumber: Buku “Tanya Jawab Agama Jilid II”, Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Suara Muhammadiyah, Cetakan V, 2001

Belum ada Komentar untuk "Dalam Tahiyyat, Kenapa Hanya Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS Saja?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel