Gambaran Kiamat di Dalam Kamar Mandi

Gambaran Kiamat di Dalam Kamar Mandi


Pagi itu aku arahkan laju mobil menuju Karanganyar untuk menghadiri pernikahan teman. Cuaca cukup cerah. Langit nampak biru dengan beberapa kelompok awan putih. Kendaraan lalu lalang di jalan yang tidak terlalu lebar. Maklum saja, jalan tikus.

Sepanjang perjalanan tidak ada kejadian spesial. Mulai dari pejalan kaki, pengendara motor, mobil dan kendaraan lainnya tidak ada yang menarik, biasa saja. Semua sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah sampai di lokasi pernikahan, keramaian mulai terasa. Tidak hanya ramai karena banyaknya tamu yang datang, suara sound system hajatan mulai menyerang telingaku. Suaranya luar biasa, hati ini sampai ikut bergetar. Luar biasa!

Acara demi acara selesai sudah. Termasuk hiburan musik yang bisa menggetarkan jiwa. Bukan karena liriknya, tapi karena suara super kencang dari sound system tadi. Suara itu sungguh sangat berkesan buatku.

Setelah bertemu dengan pengantin baru untuk mengucapkan doa dan selamat, kami memutuskan untuk segera pulang. Perjalanan pulang belum begitu jauh, kami terhenti oleh “rayuan” penjual durian di sepanjang jalan. Maklum, kami berada di daerah yang terkenal dengan duriannya. Kami mencoba beberapa durian. Tapi sayang, kali ini durian yang kami pilih tidak seistimewa suara sound system di tempat hajatan tadi. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang dengan sedikit kekecewaan dan rasa penasaran.

Rasa penasaran itu membuat kami beberapa kali ingin berhenti di penjual durian lainnya. Tetapi keinginan itu tidak sampai terwujud. Hingga tidak terasa kami sudah sampai di pom bensin untuk melaksanakan sholat Dhuhur sekalian mengisi BBM. Teman-temanku turun dari mobil dengan wajah bantalnya. Setelah memutuskan untuk tidak lagi mencari durian, mereka berganti mencari posisi nyaman untuk tidur. Aku, setia mengantarkan mereka ke peraduan dengan nyaman.

Perjalan pulang kami berlanjut setelah sholat Dhuhur dan jama’ Asar. Namanya juga makhluk hidup, salah satu cirinya adalah membutuhkan nutrisi, kami memutuskan untuk makan siang dulu. Sebenarnya tadi di hajatan sudah makan, tapi karena kami makhluk hidup yang membutuhkan nutrisi, maka kami makan lagi.

Tempat makan kita sangat mewah, mepet sawah. Terdengar suara cukup riuh dari ruang sebelah. Ibu-ibu, entah dari kelompok apa, terdengar jelas gelak tawa mereka. Ruangan di mana kami makan dengan ruangan mereka hanya dibatasi jalan menuju kamar mandi. Jadi suara mereka sangat terdengar jelas. Tapi sekali lagi, suara sound system tadi masih yang terbaik.

Sambil menunggu pesanan kami datang, saya pergi ke kamar mandi. Sengaja saya memilih kamar mandi paling belakang di warung makan ini. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kondisi kamar mandinya cukup mengenaskan. Bagai anak terlantar, kamar mandi ini tidak terurus. Bagai rumah kosong, kamar mandi ini lama tidak berpenghuni. Keputusanku sudah bulat, sebulat tahu. Aku tetap akan memakainya.

Lantai semen pecah-pecah seperti tepak kaki yang jarang pakai alas. Perangkap laba-laba terhampar di hampir semua sudut kamar mandi, atas, tengah, bawah, semua. Ember dan gayung kering, haus akan kesegaran air. Dinding dari seng galvalum tidak penuh sampai atap. Apapun itu, yang terpenting bagiku adalah tempat tertutup, air dan cahaya. Tiga hal itu alhamdulillaah bisa aku dapatkan. Dorongan air dari kran cukup kencang. Pencahayaan juga sangat baik, karena dinding tidak penuh sampai ke atap.

Ada hal menarik saat pertama kali aku siramkan air ke kaki. Ada makhluk hidup lain di dalam kamar mandi selain aku! Mereka keluar dari sela-sela lantai semen yang retak. Makhluk hidup itu adalah koloni semut dan beberapa anak kelabang. Aku sadar, mereka juga makhluk hidup sepertiku, mereka butuh juga nutrisi, sama sepertiku. Justru itulah yang aku khawatirkan. Bisa jadi mereka juga ingin mempertegas status mereka sebagai makhluk hidup, butuh nutrisi, seperti yang aku dan rombongan butuhkan. Di dalam lubuk hati yang paling dalam, aku berharap mereka tidak melihatku sebagai nutrisi yang mereka butuhkan. Aku tidak bisa membayangkan betapa mengerikan kalau mereka menganggapku sebagai nutrisi buat mereka. Bisa-bisa badanku, yang oleh sebagian orang dinilai makmur, akan habis mereka makan. Apaan sih ah.

Koloni semut terlihat begitu panik dengan terus bergerak cepat ke kanan dan ke kiri. Ada dari mereka yang keluar dengan membawa telur. Mereka ingin menyelamatkan generasi setelahnya. Terlihat juga dua anak kelabang yang kebingungan. Mungkin mencari induknya mau mengadu. Semua makhluk hidup yang ada di dalam kamar mandi terlihat panik, termasuk aku.

Dari kejadian ini, aku membayangkan kejadian akhir zaman nanti. Gambaran tadi tidak akan sebanding memang dengan apa yang akan terjadi besok. Tapi setidaknya, hal itu memberikan gambaran betapa menakutkan dan mencekamnya kejadian itu. Kehidupan yang semula tenang di bawah lantai kamar mandi, berubah kacau dan mencekam. Semua berusaha menyelamatkan diri dari bahaya. Semua sibuk mencari tempat yang aman dari ancaman. Kelak, saat hari akhir itu datang, tidak ada satu makhluk pun yang bisa menyelamatkan diri. Tidak akan ada yang tersisa.

Semoga kita semua terhindar dari dahsyat dan mencekamnya hari akhir. Semoga Allaah SWT mudahkan kita dalam beramal sholih. Semoga Allaah SWT mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah. Aamiiin…

Wallaahu a’lam…

Belum ada Komentar untuk "Gambaran Kiamat di Dalam Kamar Mandi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel