Jalan Menuju Rezeki

Jalan Menuju Rezeki




Berbicara tentang rezeki, tentu kita semua sepakat bahwa rezeki yang kita dapatkan, baik berupa harta, kesehatan, kesempatan dan semua jenis rezeki yang lain adalah bersumber hanya dari Allaah SWT. Tidak ada rezeki yang sampai ke kita, yang bersumber dari selain Allaah SWT. Adapun melalui perantara apa dan siapa kita mendapatkannya, kita juga sepakat tentang hal ini. Kehidupan dan segala sesuatu di dalamnya tidak akan bisa terlepas dari kuasa Allaah SWT. Bahkan terlepasmya daun dari dahan dan ranting pohon di dalam hutan paling dalam, di tengah malam, Allaah SWT yang mengatur. 

Semua jenis rezeki, takaran dan cara mendapatkannya tidak terlepas dari kuasa Allaah SWT, Dzat Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaanNya. Bahkan saat kita berusaha sekuat tenaga, berusaha sebaik-baiknya, kalau Allaah SWT tidak mentakdirkan rezeki itu untuk kita, maka mustahil rezeki itu akan bisa kita dapatkan, apalagi kita nikmati. Begitu juga dengan penolakan dari kita, sekuat tenaga kita menolak, sejauh mungkin kita pergi menghindar, kalau rezeki itu memang sudah Allaah SWT tetapkan untuk kita, maka pasti akan sampai ke kita.

Rezeki merupakan rahasia Allaah SWT untuk hambaNya. Tidak disampikan jumlah, takaran, waktu dan lain sebagainya. Inilah salah satu wujud rahmahNya Allaah SWT kepada kita manusia. Maka tugas kita adalah berikhtiar menjemputnya.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya di suatu Ahad, kami sekeluarga pergi mengantar pulang adik saya di daerah Kauman, Jogjakarta. Di hari itu juga, saya ada jadwal kajian rutin bersama para pemuda masjid di desa tetangga. Kajian ini sudah berlangsung selama empat tahunan, walau sempat terhenti untuk beberapa bulan. Tetapi alhamdulillaah, kajian rutin ini sudah berlangsung kembali. Kami, saya dan para pemuda sepakat, berapapun yang datang, kajian tetap kita laksanakan, kecuali hujan dan udzur lainnya.

Sore sekitar jam setengah lima, saya dan rombongan mengantar adik saya ke Jogja. Perkiraan saya, perjalanan satu jam cukup untuk sampai di Kauman. Tetapi qodarullaah, sore itu lalu lintas sangat padat sehingga cukup menghambat laju kendaraan kami. Meski begitu saya tetap optimis, sebelum sholat Maghrib kami bisa sampai di Kauman. 

Kita memang hanya bisa “bermain” di ranah ikhtiar. Untuk hasil, kita serahkan sepenuhnya kepada Allaah SWT. Tepat sebelum muadzin mengumandangkan iqomah sholat Maghrib, kami sampai di rumah adik saya yang sangat dekat dengan Masjid Gedhe Kauman. Disambut rintik hujan, kami bawa barang-barang bawaan melalui gang kecil khas Kauman. 

Sesampainya di rumah, kami segera bersiap sholat, kali ini kami menjama’ Maghrib dan Isya’. Gerimis masih terus turun saat kami selesai shalat. Tanpa berlama-lama, kami bergegas melanjutkan perjalanan pulang, berharap dapat mengejar waktu untuk kajian. Di tengah perjalanan, ibu kami mengajak untuk makan malam. Sebelumnya beliau memastikan waktu kajian kepada saya. Tanpa berfikir macam-macam, saya jawab waktunya masih cukup longgar walau konsekuensinya adalah kendaraan harus dipacu lebih kencang.

Pengalaman pertama tentang rezeki baru akan dimulai. Di tempat kami makan malam inilah, Allaah SWT menjelaskan dan memantapkan kembali tentang konsep rezeki. Tepat setelah menutup pintu mobil, mata saya tertuju pada benda yang cukup menarik. HP dengan logo buah apel yang sudah tergigit, tergeletak di samping ban depan, barang itu segera saya amankan. Saya tidak mau ada orang lain yang melihatnya. Berharap nanti akan ada yang menelfon dan mengambilnya kembali.

Sambil menunggu pesanan, mata saya terus tertuju pada barang temuan ini. Lama saya menunggu. Sempat terpikir bahwa pemilik HP sedang di perjalanan sehingga tidak sempat mengeceknya. Setelah pesanan minum kami datang, beberapa pemuda nampak sedang mencari sesuatu. Saya tidak buru-buru menghampiri mereka. Saya khawatir kalau saya memberikan HP ini pada orang yang tidak tepat. Hingga akhirnya HP temuan ini pun berdering. Tanpa berfikir panjang, saya angkat telfonnya, dan saya sampaikan di mana lokasi saya berada. Hanya beberapa langkah kaki saja, seorang pemuda menghampiri saya dan langsung saya serahkan HP itu. Foto yang dijadikan wallpaper sama persis dengan pemuda yang datang. Setelah mengucapkan terima kasih, pemuda itu pergi bersama teman-temannya.

Saya yakin betul, Allaah SWT ingin mengingatkan saya tentang salah satu konsep rezeki, kalau memang masih dan akan menjadi rezeki kita, siapapun dan kondisi apapun tidak akan bisa menghalangi rezeki itu sampai ke kita, begitu juga sebaliknya. Kejadian ini membuat saya semakin yakin bahwa sejatinya Allaah SWT sudah menentukan rezeki kita masing-masing. Tidak akan direbut orang, tidak akan diambil orang, tidak akan tertukar, dan hal ini berlaku juga sebaliknya.

Kejadian kedua terjadi di tempat kajian. Setelah makan malam, kami melanjutkan perjalanan kembali, gerimis kembali turun. Fokus saya masih tertuju pada jam digital di samping stir kemudi. Saya tidak lagi menghiraukan apapun termasuk pesan WA yang masuk. Berkali-kali terdengar suara getaran tanda pesan masuk. Tetap saya abaikan. Fokus perjalanan dan jam digital.

Jadwal kajian pemuda biasa kami mulai di jam delapan malam. Terkadang kami mulai lebih beberapa menit sambil menunggu teman-teman yang lain. Qodarullaah, karena lalu lintas yang cukup padat, kami sampai di rumah jam delapan lebih dua puluh lima menit. Segera saya ambil jaket dan kitab. Saya segera meluncur ke masjid tempat kajian. Selama perjalanan saya sudah membanyangkan betapa riuhnya masjid. Maklum saja, dua pertemuan terakhir, jumlah pemuda yang datang semakin banyak. Alhamdulillaaah.

Masih terlihat gelap atau sudah terlihat gelap. Pertanyaan itu yang pertama kali muncul saat saya tiba di masjid. Terlihat ada teman saya yang duduk di serambi masjid sambil menggenggam HP dan tersenyum ke arah saya. Setelah bertanya kabar, kami masuk ke masjid. Tidak lama, air putih gelasan sudah terhidang untuk saya. Saya ambil HP dan saya cek semua pesan WA yang masuk, termasuk pesan dari teman saya ini. Saya menghela nafas panjang. Ternyata teman saya sudah menyampaikan bahwa kondisi hujan dan kemungkinan teman-teman yang lain tidak bisa datang. Biasanya, kalau turun hujan atau gerimis, kajian memang diliburkan. Kali ini saya terlambat membaca pesan itu. Sebagai wujud tanggung jawabnya, teman saya ini tetap menunggu di masjid dan tetap menyediakan minum. Tidak lama setelah air putih itu habis, saya izin untuk pulang. Di luar masih gerimis, saya tidak ingin teman saya kehujanan saat pulang. Pertemuan ini kami akhiri dengan salam.

Selama perjalanan, saya terus memikirkan hikmah apa yang bisa saya ambil dari kejadian ini. Hingga akhirnya saya teringat pada air putih yang disuguhkan untuk saya. Air putih yang disediakan telah Allaah SWT tetapkan menjadi salah satu rezeki saya hari ini. Maka kondisi apapun tidak akan bisa menghalangi air putih itu sampai ke saya. Kalau Allaah SWT sudah tetapkan rezekiNya, maka rezeki itu pasti akan sampai. Tidak peduli jarak yang jauh, tidak peduli dengan gerimis, tidak peduli dengan liburnya kajian, air putih itu pasti akan saya minum, karena itulah yang menjadi ketetapan Allaah SWT terkait rezeki untuk saya.

Semoga Allaah SWT memantapkan ilmu tentang rezeki ini dalam diri kita. Semoga Allaah SWT menjadikan kita termasuk hamba-hambaNYa yang pandai dalam mengambil hikmah dari tiap kejadian yang kita alami. Semoga Allaah SWT memberikan kita kesabaran dan semangat untuk terus beribadah kepada Allaah SWT dengan cara yang baik dan diridhoi oleh Allaah SWT. Semoga Allaah SWT menjauhkan kita dari hal yang haram. Aamiiin…

Wallaahu ‘alam…

Belum ada Komentar untuk "Jalan Menuju Rezeki"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel