Semakin Jernih, Semakin Baik

Semakin Jernih, Semakin Baik


Minat seseorang tergantung dengan pengalaman yang sudah dialami. Pengalaman revisi skripsi menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya. Hal itu menjadi pengalaman yang sangat berkesan karena harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak boleh lagi ada kesalahan. Karena kalau ada revisi lagi, maka akan semakin tipis peluang wisuda sesuai target. Tidak terkecuali revisi penulisan. Dari pengalaman ini, saya tertarik dalam bidang koreksi, khususnya terkait penulisan.

Saat ada kesempatan untuk mengoreksi tulisan, baik makalah, tugas para siswa, pengumuman atau bahkan undangan, saya tidak akan melewatkannya. Minat pada koreksi tulisan inipun membuat saya banyak belajar. Setidaknya saya mencari jawaban dari keraguan saya, memastikan mana yang benar dari segi penulisan dan pemilihan kata sesuai aturan penulisan yang jadi standar. Tiap huruf yang disusun, tidak luput dari pandangan mata. Tidak jarang saya menemukan tulisan yang salah, atau penggunaan kata yang tidak tepat.

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan daftar pengelompokan peserta ujian hafalan. Seperti biasa, saya mencoba membaca semua dari judul sampai kalimat penutup dari daftar peserta itu. Tidak butuh waktu lama, saya langsung menemukan hal yang tidak tepat. Judul dan isi pengumuman tidak sesuai. Judul yang ditulis adalah siswa SMA, padahal isi pembagian kelompok itu tidak hanya dari siswa SMA, tetapi terdapat juga siswa dari tingkat SMP. Maka saya sampaikan ketidaksesuaian judul dan isi pengumuman itu kepada yang menyampaikan pengumuman. 

Sengaja saya sampaikan di grup WA agar yang lain juga membaca dan mengetahui kesalahannya di mana. Bukan mempermalukan, tetapi agar yang lain juga bisa lebih teliti lagi dalam mengetik, apapun itu. Selain itu agar semua juga terbiasa menghargai karya orang lain dengan membacanya, tidak melewatkannya begitu saja. Apalagi kalau kita ini bekerja untuk sebuah instansi besar, harusnya lebih teliti lagi dalam penulisan dan pemilihan kata. MasyaAllaah, tidak seperti bayangan saya, tanggapan yang saya dapatkan dari penyampai pengumuman adalah tanggapan yang baik. Kalimat syukurlah yang keluar karena sudah bersedia mengingatkan. Kesalahan yang mungkin saja tidak disengaja memang bisa terjadi dan terkadang justru orang lainlah yang akan menemukannya. Jika dikorensi akan jadi benar, sebaliknya jika tidak dikoreksi maka akan tetap dalam keadaan yang kurang bahkan tidak tepat.

Tidak lupa saya sampaikan permohonan maaf  secara pribadi melalui WA pribadi (tidak di grup) sekaligus saya sampaikan maksud yang ingin saya sampaikan dengan mengoreksi langsung di grup. Balasan yang saya terima semakin tidak terduga, “Tidak apa-apa, saya juga senang ada yang mengoreksi, artinya kan benar-benar diteliti, bukan sekedar oh ini itu.” Saya sampaikan, koreksi dari orang lain adalah salah satu wujud penghargaan terhadap karya kita. Di dalam grup WA pun saya sampaikan kalau koreksi tulisan yang mungkin selalu saya sampaikan karena ingin kebaikan untuk semua, bukan maksud yang lain.

Tidak jarang mungkin di kesempatan dan tempat lain, koreksi yang kita berikan akan mendapatkan tanggapan yang kurang baik. Sebenarnya tidak akan menjadi mengapa tanggapan seperti itu. Koreksi yang diberikanpun tidak selalu meminta untuk dilakukan. Koreksi yang saya lakukan dalam banyak hal, saya niatkan untuk edukasi. Mengedukasi saya sebagai pengoreksi, penulis dan yang melihat koreksi saya. Saya berharap akan muncul pertanyaan dalam hati kita, “emang yang bener gimana sih?” Selanjutnya pertanyaan itu mengarahkan kita kepada pencarian jawaban dari pertanyaan itu. Kalau harus mencari jawaban dari sumber di luar, semua jawaban dari semua pertanyaan kita, nyaris semua tersedia di mesin pencarian online.

Dari pengalaman ini, saya mengambil hikmah bahwa perlu kejernihan hati dalam mengoreksi dan menerimanya. Karena tidak sedikit yang mengoreksi karena memang mencari-cari kesalahan. Hal ini berbeda jauh dengan yang diniatkan untuk kebaikan bersama. Selain itu, tidak sedikit juga di antara kita dalam menerima koreksi lebih mengedepankan pembelaan diri. Merasa sudah bekerja sepenuh tenaga, maka orang lain tidak berhak mengoreksi karena orang lain tidak melakukan apapun. Kemudian bersikap bahwa koreksi orang lain adalah bermaksud mencari-cari kesalahannya. Padahal tidak semua bermaksud begitu.

Semakin jernih hati kita, semakin baik juga perilaku kita. Saya sangat terbuka dan menerima semua koreksi dan masukan dari semua tulisan saya.

Semoga Allaah SWT memberikan kita kemudahan untuk berfikir jernih dan positif dalam segala kondisi. Kita memohon pertolongan kepada Allaah SWT dari kerasnya hati dan semua penyebabnya. Aamiiin…


Wallaahu a’lam…

Belum ada Komentar untuk "Semakin Jernih, Semakin Baik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel