Syukuran dengan Selamatan

Syukuran dengan Selamatan


Pertanyaan:

Bolehkah mengadakan selamatan dengan maksud mensyukuri nikmat Allaah SWT, seperti mendapat rejeki hasil panen atau lulus ujian, diterima masuk perguruan tinggi, naik pangkat dan sebagainya? (Lasmiran, Jalan Masjid 212 Balen, Bojonegoro, Jatim)


Jawaban:

Kata-kata selamatan mengandung arti yang berbeda-beda. Ada yang dengan mengadakan peralatan dan membuat makanan-makanan yang beraneka warna yang kadang-kadang tidak ada maknanya. Tetapi ada juga yang hanya sederhana dengan membuat makanan yang biasa disuguhkan kepada tamu atau tetangga dekat dengan mengada-adakan. Yang kedua ini dilakukan dalam rangka tanda syukur memberitahukan nikmat Allaah SWT kepada teman sejawat dan tetangga. Kesyukuran yang demikian, artinya cara yang kedua, rasanya tidak ada jeleknya dan masih ada relevansinya dengan kesyukuran yang diperintahkan oleh ayat “fa-ammaa bini’mati rabbika fahaddits”, artinya “Maka beritahukanlah (kepada teman sejawat) nikmat Allaah (yang diterima)”. Kalau mendapat rejeki tentu pemberitahuan dengan sedikit meluaskan rejeki itu pada teman sejawat tadi dan tetangga, sebagai cara selamatan yang kedua tadi. Sebenarnya ada tuntunan bersyukur yakni dengan mengucapkan lafal “Alhamdulillaah” sebagaimana diriwayatkan oleh Al Hakim:

كَانَ إِذَا أَتَاهُ الأَمْرُ يَسُرُّهُ قَالَ الْحَمْدُ لِله الَّذِي تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ

(رواه الحاكم عن عائشة)

Nabi ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, beliau bersabda “Semua puji bagi Allaah SWT yang dengan nikmatNya sempurnalah kebaikan itu.” (HR. Al Hakim dari ‘Aisyah)

Selanjutnya kesyukuran yag munasabah artinya yang sesuai dengan makna syukur adalah selain dalam hati memuja dan memuji keagungan Allaah SWT yang telah memberi nikmat, juga menggunakan nikmat yang diterimanya itu sesuai dengan fungsinya untuk beribadah kepada Allaah SWT. Kalau nikmat berupa harta, digunakan untuk beribadah, dizakati kalau sudah sampai nisab, disedekahkan sebagian dan dibelanjakan dalam jalan yang baik. Kalau berupa ilmu dan pangkat, digunakan ilmu itu untuk beramal yang baik dan diajarkan kepada orang lain. Pangkat digunakan mengarahkan kemampuannya kepada yang mashlahah. Jangan sampai bersyukur hanya sampai di lidah apalagi dengan cara hura-hura, tentu kurang sesuai dengan ajaran agama, karena itu mementingkan kulit dari isi yang sekarang ini nampaknya ada kecenderungan demikian.



Wallaahu a'lam.

Sumber: Buku Tanya-Jawab Agama II, Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Suara Muhammadiyah, 1992.

Belum ada Komentar untuk "Syukuran dengan Selamatan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel