Tajamkan Akal, Tajamkan Hati

Tajamkan Akal, Tajamkan Hati


Dunia menyajikan berbagai pilihan hidup untuk kita. Dari hal yang bersifat remeh, sampai hal yang bersifat penting, bahkan sangat penting. Pilihan hidup yang bersifat remeh seperti saat kita dihadapkan dengan pilihan warna baju saat kita hendak menghadiri undangan atau sekedar hendak berangkat kuliah. Sedangkan pilihan yang bersifat penting, saat kita dihadapkan untuk memilih jodoh atau bagi sebagian orang saat harus menentukan pilihan antara halal dan subhat atau bahkan hal yang haram. Dia tahu itu haram, tapi dia tahu juga Allah Maha Pengampun. Hal ini terkadang membuat sebagian orang masih mempertimbangkan hal yang haram. Tetapi bagi orang yang sudah kuat dan mantap imannya, pilihan halal dan subhat bahkan haram, merupakan pilihan yang sangat mudah untuk ditentukan. Yang perlu kita sadari adalah saat kita masih membutuhkan oksigen untuk bernafas, pilihan-pilihan itu yang selalu tersaji di dunia.

Sudah dikaruniakan kepada kita dua potensi, yaitu potensi yang berkaitan dengan kebaikan, juga potensi yang berkaitan dengan semua hal buruk. Untuk mengelola kedua hal itu, manusia juga dikaruniakan akal dan hati. Tetapi akal dan hati setiap manusia tidak sama dalam kualitas. Akal dan hati yang sering diisi, tentu akan lebih berisi dari pada akal dan hati yang tidak diisi. Ibarat pisau, semakin sering dipakai, pisau akan semakin tajam. Begitu juga dengan akal dan hati, semakin sering dipakai, akal akan tajam dalam berfikir, hati akan tajam dalam perenungan.

Dunia yang penuh dengan berbagai pilihan, menuntut ketajaman akal dan hati. Dari sekian pilihan yang akhirnya terpilih, pasti melalui seleksi oleh akal dan hati. Akal akan mengolah berbagai pilihan itu dan merasionalisasikannya. Tetapi akal saja tidak akan cukup. Hal ini karena hasil dari akal adalah sesuatu yang terbatas. 

Peran hati menjadi lebih dibutuhkan saat akal memang tidak akan bisa menjangkau semua, karena sifat akal adalah terbatas. Akal akan memberikan pertimbangan terkait hal yang bersifat teknis, simpel atau rumit, beresiko atau tidak dan akan sampai pada utung dan rugi. Sedangkan peran hati lebih pada mempertimbangkan pantas atau tidak pantas, baik atau buruk juga mempertimbahkan pilihan itu manusiawi atau tidak.

Pengalaman, termasuk di dalamnya adalah ilmu, akan sedikit banyak membantu dalam menajamkan akal dan pikiran. Semakin banyak pengalaman yang dialami, semakin tajam akal dan hati. Semakin tajam akal dan hati, semakin mantap juga keputusan yang dipilih.

Kembali kepada dua potensi yang kita miliki, positif dan negatif. Pilihan yang kita pilih setelah berproses dengan akal dan hati, tidak akan selalu berakhir positif. Terkadang pilihan yang dihasilkan dari akal dan hati yang tajam pun bisa berakhir negatif. Kita harus selalu menyadari, bahwa kita ini masih di dunia. Dunia yang penuh dengan berbagai pilihan sekaligus godaan-godaannya. Maka selain akal yang kita asah, hati juga harus terus kita asah.

Mengasah hati merupakan hal yang penting juga untuk dilakukan. Ketajaman hati sangat kita butuhkan untuk tetap berada pada etika dan akhlak yang baik. Hal ini penting karena dunia sering menjadikan kita, manusia, tidak beretika dan tidak berakhlak. Tidak peduli di mana kita sebagai manusia pernah dan sedang belajar.

Wallaahu a’lam…









Belum ada Komentar untuk "Tajamkan Akal, Tajamkan Hati"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel